Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

BELAJAR ILMU ALAT

 BELAJAR ILMU ALAT

APA ITU ILMU ALAT ?

Santri Alat - Belajar Ilmu Alat- Ilmu alat meruapakan suatu istilah gabungan dari ilmu nahwu dan ilmu shorof  yang merupakan perangkat undang-undang (grammar) dalam memahami bahasa Arab. Ilmu nahwu adalah salah satu bagian dasar ilmu bahasa Arab untuk mengetahui kedudukan kata dalam suatu kalimat bahasa Arab berbentuk huruf atau harokat terakhir dari suatu kata. Ilmu Shorof adalah ilmu yang membahas perubahan-perubahan bentuk suatu kata yang berimplikasi besar terhadap perubbahan makna, perubahan dari sebuah kata dasar (ashlul wahid) ke berbagai bentuk kalimat dari fi'il madhi, mudhori, masdhar, isim fa'il, isim maf'ul, fi'il amar, fi'il nahyi, isim zaman, isim makan, isim alat.

Dalam dunia pesantren, khususnya pesantren Salafiyah ( baca: Konvensional), keilmuan seorang sudah bisa dibilang mapan ketika ia telah menekuni 12 aspek ilmu. Memanglah satu pesantren dengan yang yang lain kadangkala berlainan dalam mendeskripsikan 12 bidang ilmu itu. Ilmu alat merupakan ilmu untuk mengenali metode membaca arab gundul ataupun kitab gundul ( huruf yang tanpa fathah, dhomah kasarah serta ciri baca yang lain). 12 julukan ilmu itu antara lain: Shorfun (Shorof), Nahwu (Nahwu), Khottun ( Khot ), ‘Arudl (‘Arudl ), Bayanun  (Bayan), Ma’ani  (Ma’ani), Qofiyatun (Qofiyah), Syi’run (Syi’ir), Isytiqoqun (Isytiqoq), Insyaau  (Insya), Munadhoroh (Munadhoroh), Lughot (Lughot).

Dalam ushul fikih, salah satu ketentuan seorang untuk dapat melaksanakan ijtihad yaitu memahami bahasa Arab. Sedemikian itu pula dalam ilmu Al- Qur’ an ataupun ilmu tafsir, salah satu ketentuan seorang untuk jadi seseorang mufassir ataupun kala mau menafsirkan ataupun memaknai ayat- ayat yang terdapat di dalam Al- Qur’ an, pula wajib sanggup serta memahami bahasa Arab.

Bisa serta sanggup memahami bahasa Arab dalam perihal ini bukan cuma sanggup berdialog mudah dengan bahasa Arab, akan tetapi memahami 2 pondasi dasar dalam ilmu aturan bahasa Arab ialah ilmu nahwu serta sharaf.

Nahwu serta sharaf merupakan bagian terutama dalam al- Ulum al- Arabiyah (ilmu aturan bahasa Arab), sebab dari kedua ilmu inilah kita dapat melindungi dari suatu kekeliruan dalam artikulasi ataupun penyusunan bahasa Arab.

Ilmu aturan bahasa Arab sendiri memiliki banyak cabang disiplin kajian, begitu juga dipaparkan dalam buku Kawakib ad- Durriyah sebenarnya terdapat 12 ilmu yang masuk dalam al- Ulum al- Arabiyah, ialah Ilmu Tashrif (Sharaf), Nahwu, Ma’ ani, Bayan, Badi’, Arudh, Qawaafi, Qawanin Kitabah, Qawanin Qira’ at, Insya’ ul Risalah Wal Khitab, serta Muhadhorah. Akan tetapi pondasi penting terdapat dalam ilmu nahwu serta sharaf.

Ilmu nahwu sendiri ialah ilmu yang mangulas mengenai ketentuan ataupun harokah akhir dalam suatu perkataan( rafa’, jer, nashab, jazm). Bila salah dalam berikan harokah di akhir perkataan ataupun tengah perkataan, akan berakibat pada pergantian arti.

Tidak hanya itu, ilmu ini pula mangulas bentuk perkataan apakah itu jadi mubtada’, khobar serta lain serupanya. Dimana tiap bentuk perkataan memiliki arti yang beda- beda.

Sebaliknya ilmu sharaf merupakan ilmu yang mangulas mengenai pergantian bentuk kata ataupun kalimat bahasa Arab, bersama ikhwalnya. Mulai dari huruf asli, tambahan, serta yang lain. Tiap- tiap bentuk mempunyai arti serta maksud alih bahasa yang berlainan. Kekeliruan dalam mentashrif kalimat yang tidak cocok dengan ketentuan yang didetetapkan dalam sharaf, pula akan mengganti arti. 

Dari uraian diatas mengenai ilmu nahwu dan ilmu shorof kita dapat mengambil kesimpulan bahawa sangan penting untuk mempelajari ilmu nahwu dan ilmu shorof, karena kita tidak dapat memahami bahasa Arab tanpa dua pondasi ilmu tersebut. Tidak hanya dalam berbicara bahasa Arab tetapi juga dalam memahami Al-qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Selama ini kitab kuning berhubungan akrab dengan pendidikan pesantren sebab pesantren ialah pembelajaran keislaman yang di sana wajib terdapat rujukan serta referensi yang berkuasa, ialah Al- Qur’ an serta Perkataan nabi. Pangkal otoritatif ini setelah itu dielaborasi lagi dengan cara lebih dalam, besar, serta khusus, alhasil menciptakan karya yang disebut kitab kuning. Dengan kata lain, kitab kuning pula dapat dikatakan hasil karya dari ijtihad para ulama dalam bermacam berbagai aspek keilmuan.

kitab kuning mempunyai banyak aspek keilmuan yang beragam, semacam pengertian, perkataan nabi, fikih, sejarah, serta lain serupanya. Dalam aspek fikih saja amat besar macamnya, misalnya terdapat fikih umum, fikih ibadah, fikih pernikahan, fikih perdagangan( mu’ amalah), fikih analogi madzhab, fikih kontemporer, fikih lingkungan hidup, fikih wanita, fikih politik, serta lain- lain. Tidak hanya itu, terdapat pula berbagai kitab kuning yang memakai bentuk syarakh( uraian) selaku metode penulisannya.


BELAJAR ILMU ALAT

A.    ILMU ALAT

1.     Pengertian Ilmu Alat

Apa penafsiran atau pengertian ilmu alat? Ilmu alat adalah suatu fitur hukum (grammar) untuk menguasai bahasa Arab dengan cara ahli. ilmu alat ialah sesuatu sebutan dari kombinasi 2 ilmu pengetahuan, ialah ilmu Nahwu serta Shorof. Target ilmu nahwu ialah mangulas serta menentukan i’ rob, bina di akhir perkataan (kalimat) Arab. Singkatnya, Ilmu Nahwu adalah menentukan harokah yang terdapat di akhir kalimah ( kata) bahasa Arab.  ILMU NAHWU

Ilmu shorof merupakan cabang ilmu yang membahas tentang perubahan bentuk kalimat agar mempunyai arti yang berbeda-beda seperti bentuk kalimah fi'il madhi, fi'il mudhore, masdhar, isim fa'il, isim maf'ul, fi'il amr, fi'il nahyi, isim zaman, isim makan, isim alat. Bisa di sebut juga suatu metode  memaknakan kalimat- kalimat bahasa Arab. Sebaliknya target penting ilmu Shorof ialah mangulas mengenai bentuk- bentuk kata bahasa Arab atau dasar- dasar Ilmu alat. Singkatnya shorof adalah ilmu untuk mengetahui pola kata yang bisa membedakan makna- maknanya. ILMU SHOROF

Diantara pokok-pokok dasar yang terkandung dalam kajian ilmu alat adalah:

1) Kalimat / Kalam

Dalam  bahasa Arab kalimat/kalam dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: 

a.    Kalimah Isim

       a)    Pengertian

Menurut Lughot :  مَا دَلَّ عَلَى مُسَمَّى Artinya Sesuatu yang menunjukan padayang dinamai

Menurut Istilah : كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًا فِى نَفْسِهَا وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ وَضْعًا Aratinya kalimat yang menunjukan pada makna di dalam dirinya dan tidak berkaitan dengan waktu, contoh زَيْدٌ, قَلَمٌ, زيْنَبٌ, قَلَمَانِ, اَقْلَامٌ

       b)    Ciri Kalimah isim

  • Jeer Di Akhir Kalimat

    - Sebab Idhopat, contoh جَاءَ غُلَامُ زَيْدٍ

    - Sebab Haraf Jar, contoh مَرَرْتُ بِزَيْدٍ

    - Sebab Tawabi’, contoh مَرَرْتُ بِزَيْدٍ العَاقِلِ

    - Sebab Tawahum (Persangkaan), contoh لَيْسَ زَيْدَا قَائمًا وَقَائِد 

  • Tanwin

Lughot : التَصْوِيْت Artinya suara

Istilah نُوْنٌ سَاكِنَةٌ تَلْحَقُ اٰخِرَ الاِسْمِ لَفْظَا لَا خَطًا Artinya Nun sukun yang ada di akhir kalimah isim di lafadz nya tpi tidak di tulisannya

Pembagian tanwin ada empat:

    - Tanwin Tamkin : tanwin yang ada di dalam kalimah isim mufrod, contoh زَيْدٌ

    - Tanwin Tankir : tanwin yang bisa mebedakan antara ma’rifat dan nakirah, contoh شِبَوَيْهٍ / شِبَوَيْهِ

    - Tanwin Mukobalah : tanwin yang terdapat pada kalimah jama’ mu’anas salim mengungguli huruf          nun yang ada pada jama’ udzakar salim, contoh مُسْلِمَاتٌ / مُسْلِمُوْنَ

    - Tanwin Iwad : 

    - Iwad عن الجملة contoh  وَاَنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظُرُوْنَ - حِيْنَ بَلَغَتِ الرُوْحُ حُلْقُهُمْ

    - Iwad عن الكلمة contoh كُلٌّ لَهُ قَانِةٌ - كُلُّ مَخْلُوْقٍ

    - Iwad عن الحرف contoh رَوَّامٍ - رَوَّامِيٌّ

  • Alif Lam

    - ال للتَّعْرِيْف contoh  رَجُلٌ -  الرِجَالُ

    - ال للمَوْصُوْل contoh (النَّاصِرُ (اسم فاعل) ,المَنْصُوْرُ (اسم مفعول 

    - ال زِيَادَة لَازِمِيَّة contoh الَّذِي, الَّذَان

  • Huruf Jar

    - Huruf jar : من إلى عن على فى ربّ ب ك ل

        Contoh :  سِرْتُ مِنَ الْبَصْرَةِ الَى الْكُوْفَةِ 

    - Huruf Qosam : و ب ت

        Contoh : وَاللّٰهِ بِاللّٰهِ تَاللّٰهِ

b. Kalimah Fi’il

        a)    Pengertian

Menurut Lughot :  مُطْلَقُ الحَدَثِ Artinya Pekerjaan

Menurut Istilah : كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًا فِى نَفْسِهَا وَاقْتُرِنَتْ بِزَمَنٍ وَضْعًا

Artinya : kalimat yang menunjukan pada makna di dalam dirinya dan berkaitan dengan waktu. Contoh حَقَلَ, بَطَر, جَهَرَ

        b)    Ciri Kalimah Fi’il

    - Huruf قَدْ

        Huruf قَدْ yang masuk kalimah fi’il, contoh قَدْ قَامَتِ الصَّلَاة

        Haraf قَدْ yang masuk kalimah isim, contoh ( قَدْ زَيْدٌ دِرْهَمًا ( حَسْبُ 

    - Sin Tanfis 

        adalah تَأْخِيْرُ الْفِعْلِ فِى زَمَنِ الْمُسْتَقْبَلِ Artinya : mengakhirkan pekerjaan di zaman mustaqbal (sedang          /yang akan datang), bermakna akan dalam waktu yang dekat. Contoh سَيَعْلَمُوْنَ 

    - Saufa Taswif 

        adalah تَأْخِيْرُ الْفِعْلِ اَكْثَرُ مِنَ التَّنْفِيْسِ Artinya : mengakhirkan pekerjaan lebih lama dari tanfis  (sedang        /yang akan datang), bermakna akan dalam waktu yang masih lama atau belum tentu waktunya.                Contoh سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ

    - Ta Ta’nis Sakinah (تْ)

      Dalam huruf ta ada yang di sebut ta ta’nis sakinah dan mutaharikah . Ta ta’nis sakinah masuk dalam       kalimah fi’il (قَامَتْ ), sedangkan ta’nis mutaharikah masuk ke dalam kalimah isim (خَادِمَة )

    - Dhomir Mutaharik Marfu’, Contoh ضَرَبْتُ

    - Nun Taukid (Tsaqilah dan Khofifah), contoh اِضْرِبَنَّ, اِضْرِبَنْ

    - Ya Dhomir Mu’anatsah Mukhotobah, contoh اِضْرِبِيْ

c. Kalimah Haraf

        a)    Pengertian 

Menurut Lughot : الطَّرْفُ Artinya melempar/membuang

Menurut Istilah : مَا دَلَّ عَلَى مَعْنًى فِى غَيْرِهَا

Artinya adalah kalimat yang menunjukan pada makna selain di dalam dirinya. Contoh من إلى عن على فى ربّ ب ك ل

Haraf tidak mempunyai ciri kalimah secara dzohir tetapi hakekatnya lebih banyak sebab haraf hukumnya mabni berbeda dengan Isim dan Fi’il.

Haraf terbagi 2

    - Haraf Ma’ani (Huruf Jar)

    - Haraf Mabani (Huruf Hijaiyah)

        b)    Fungsi Haraf

    - Khusus masuk kalimah isim (Huruf Jar)

    - Khusus masuk kalimah Fi’il (Amil Nawasib dan Amil Jawazim)

    - Bisa masuk kalimah isim dan Fi’il (huruf Istifham)

BAB KALAM ILMU NAHWU 

2)    Sighat 

Sighat merupakan bentuk- bentuk perkataan( tutur) yang mempunyai manfaat tertentu.

a) Fi'il Madhi (الْفِعْلُ الْمَاضِي)

Fiil madhi merupakan tutur/ kata kerja yang menunjukan arti dirinya sendiri serta berbarengan dengan zaman madhi ( waktu yang sudah lampau), ataupun dapat diucap dengan kata kerja bentuk lampau sekali atau telah digarap/ dilakukan . Ilustrasi atau contoh lafadz ضَرَبَ ( sudah memukul), أَكَلَ ( sudah makan), نَصَرَ ( sudah membantu).

b) Fi'il Mudhore' (الْفِعْلُ الْمُضَارِعُ)

Fiil mudhore merupakan kata kerja yang menunjukan arti dirinya sendiri serta berbarengan dengan zaman hal atau sedang ( sedang di lakukan ) ataupun mustaqbal( hendak dilakukan), ataupun dengan kata lain yakni kata kerja sedang atau hendak dikerjakan. Ilustrasi atau contoh :أَنْصُرُ (aku lagi atau hendak membantu), نَنْصُرُ (kita lagi atau hendak membantu).

Fiil mudhore itu didapat dari fiil madhi dengan menambahkah salah satu huruf mudhoroah yang terdapat 4( 4) ialah:•

    - Hamzah untuk mutakallim wahdah (arti saya)

    - Nun untuk mutakallim ma'a al-ghoiri arti kita/kami)

    - Ta' untuk mukhotob (lawan bicara/orang kedua)

    - Ya' untuk ghoib (dia/orang ketiga/yang dibicarakan)

c) Masdar Ghoiru Mim atau Masdhar Taukid  (الْمَصْدَرُ غَيْرُ الْمِيْمِيُّ)

Masdar ghoiru mim merupakan masdar( isim) yang huruf pertamanya tidak berbentuk mim ataupun lazim di ucapkan dengan masdhar taukid. Ilustrasi atau contoh :ضَرْبًا (pemukulan), ataupun dengan kata lain yakni perkataan( tutur) yang terdapat no 3 pada tashrifan. Ilustrasi atau contoh:

ضَرَبَ - يَضْرِبُ - ضَرْبًا

d) Masdar Mim (الْمَصْدَرُ الْمِيْمِيُّ)

Masdar mim merupakan masdar yang huruf pertamanya berbentuk huruf mim. Ilustrasi/contoh :مَضْرَبًا ( pemukulan). Ada pula wazan masdar mim dari fiil tsulasi( 3 huruf) hingga mengikuti wazan (مَفْعَلٌ) semacam مَضْرَبًا (pemukulan), melainkan yang berbentuk bina mitsal yang shoheh akhir, sebab wazannya (مَفْعِلٌ) semacam مَوْجِلاً (kekhawatiran). Sebaliknya yang dari ghoiru tsulasi (lebih dari 3 huruf) hingga mengikuti wazan isim mafulnya (مَفْعَلٌ) semacam مَكْرَمٌ 

e) Isim Fa'il (إِسْمُ الْفَاعِلِ)

Isim fa'il merupakan kata yang membuktikan maksud pelaku pekerjaan, semacam ضَارِبٌ (orang yang memukul). Isim fa'il itu didapat dari fiil mudhari yang mabni ma'lum(kalimat aktif). Ada pula wazannya bila dari tsulasi hingga mengikuti wazan فَاعِلٌ dengan menambah huruf alif diantara fa serta ain fiilnya, semacam ضَارِبٌ asalnya يَضْرِبُ. Sebaliknya yang dari fiil ghoiru tsulasi maka mengikuti wazan fiil mudhorenya dengan membuang huruf mudhoro'ah serta menambah mim berharokah dhommah dan huruf saat sebelum akhir dibaca kashrah, semacam مُكْرِمٌ asalnya يُكْرِمُ.

f) Isim Maf'ul (إِسْمُ الْمَفْعُوْلِ)

Menurut Fu’ad Ni’mah di dalam bukunya“ Bimbingan komplit berlatih bahasa arab belajar sendiri” Penafsiran isim maf’ ul merupakan isim musytaq yang terbuat dari fi’ il yang tidak disebutkan fa’ ilnya buat menerangkan subjek dari terbentuknya sesuatu pekerjaan. Sebaliknya bagi Muhammad Husain di dalam bukunya“ Qowa’ idu As Shorfi” dia mendeskripsikan isim maf’ ul sebagai berikut,

اِسْمُ الْمَفْعُوْلِ هُوَ اِسْمٌ مَصُوْغٌ لِلدَّلَالَةِ عَلَى وَقَعَ عَلَيْهِ الفِعْلُ

Maksudnya isim maf’ ul merupakan isim yang dibangun untuk menerangkan subjek dari terbentuknya sesuatu pekerjaan.

g) Shifat Musyabbihat (صِفَةٌ مُشَبِّهَةٌ)

Sifat musyabbahat merupakan kata sifat yang senantiasa pada suatu yang disifati, contoh :حَسَنٌ (baik). Sihfat musyabbihat itu didapat dari fiil laazim( kata kerja yang tidak memerlukan pada subjek).

h) Fi'il Amar (فِعْلُ الْأَمْرِ)

Fiil amar merupakan kata kerja yang menunjukan maksud perintah, contoh إِضْرِبْ ( pukullah). Fiil amar itu didapat dari fiil mudhore dengan membuang huruf mudhoroah. Bila sehabis huruf mudhoroah mati maka wajib didatangkan hamzah washol, contoh :إِضْرِبْ asalnya تَضْرِبُ.

i) Fi'il Nahi (فِعْلُ النَّاهِيْ)

Fiil nahi merupakan kata kerja yang menunjukan maksud larangan dengan memakai laa nahi (لا الناهية), contoh لاتَضْرِبْ ( janganlah memukul). Fiil nahi sesungguhnya merupakan fiil mudhore yang kemasukan لا الناهية ( la yang berarti larangan atau janganlah) 

j) Isim Makan (إِسْمُ الْمَكَانِ)

Isim makan merupakan kata yang menunjukan maksud tempat terjadinya pekerjaan, contoh مَضْرَبٌ ( tempat terjadinya pemukulan). Isim makan itu didapat dari fiil mudhore dengan memakai huruf mim didepannya.

k) Isim Zaman (إِسْمُ الزَّمَانِ)

Isim zaman merupakan kata yang menunjukan waktu terjadinya pekerjaan, contoh مَصْرَبٌ (waktu terbentuknya pemukulan) 

l) Isim Alat (إِسْمُ الآلَةِ)

Isim alat merupakan tutur /katayang menunjukan alat /perlengkapan pekerjaan, contoh: مِضْرَبٌ ( perlengkapan/alat memukul). ada pula wazan dari isim alat terdapat 3 ialah: مِفْعَلَةٌ،مِفْعَلٌ  serta مِفْعَالٌ

BAB AF'AL : FI'IL MADHI, MUDHORE, AMAR

B.    12 Pan/Fan Ilmu

Dalam dunia pesantren, spesialnya pesantren Salaf ( baca: Konvensional), keilmuan seorang sudah bisa dibilang mapan kala ia telah menekuni 12 aspek ilmu. Memanglah satu pesantren dengan yang yang lain kadangkala berlainan dalam mendeskripsikan 12 bidang ilmu itu. Ilmu alat merupakan ilmu untuk mengenali metode membaca arab gundul ataupun kitab gundul ( huruf yang tanpa fathah, dhomah kasarah serta ciri baca yang lain). 12 julukan ilmu itu antara lain: 

1. Shorfun (Shorof)

Ilmu ini mangulas mengenai ilmu bentuk kata sesuatu kalimah ( kata ) dalam bahasa arab. Pergantian dari satu bentuk ke bentuk yang lain untuk menciptakan ma’ na yang dimaksud. Contoh dari Fi’ il (kata kerja) Madhi ke wujud Fi’ il Mudlori’, Mashdar (kata benda), Isim Fa’ il (pelaku), Isim Maf’ ul (kata benda subjek), serta yang lain. Kitab: Matan Bina, Kailany, Fathul Khobirul Latif, Nadhm Maqshud, serta Lamiyatul Af’al.

ILMU SHOROF

2. Nahwu (Nahwu)

Ilmu ini mangulas gramatikal bahasa arab semacam bagaimana status kedudukan kalimah ( kata) dalam sesuatu kalam ( perkataan). Apakah ia jadi Fa’ il ( pelaku atau subjek), Maf’ ul( objek), Na’ at( sifat), serta yang lain. Seperti halnya ilmu Ma’ ani, ilmu ini otomatis mangulas keterkaitan sesuatu kalimah dengan kalimah yang yang lain. Misalnya lafadh Ar Rohman pada bacaan basmalah merupakan Na’ at dari lafadh Jalalah ( Allah). Kitab: Jurumiyah, Imrithi, Alfiyah dan lain- lain.

ILMU NAHWU

3. Khottun ( Khot )

Catatan bahasa arab juga terdapat aturan metode penulisannya. Nah, aturan metode penulisan itu jadi kajian ilmu ini. Dalam bahasa arab terdapat standar 7 tipe catatan, ialah Naskhi, Kufi, Tsulusi, Riq’ ah, Diwani, Diwani Jali, serta Farisi.

4. ‘Arudl (‘Arudl )

Nah, mulanya kita sedikit menyinggung permasalahan bahar. Dalam ilmu inilah sebutan Bahar itu dipelajari. Gimana sesuatu nadhm dapat disusun dengan memakai enam belas bahar yang telah ada. Kitab: Mukhtashor Syafi.

5. Bayanun  (Bayan)

Lebih susah dari ilmu Shorof, ilmu ini mangulas mengenai gaya bahasa serta perumpamaan dalam bahasa arab. Seperti halnya ilmu Shorof, ilmu ini pula cuma membahas satu kalimah(kata) tanpa memandang hubungannya dengan kalimah yang lain.

6. Ma’ani  (Ma’ani)

Mirip dengan ilmu Bayan, ilmu ini pula terasa lebih berat ( memanglah seluruhnya berat). Pembahasan ilmu ini lebih ke akumulasi ma’ na yang mencuat sebab terjadi perubahan susunan kalimah bahasa arab. Jadi, ilmu ini tidak cuma membahas satu kalimah saja, tetapi memandang hubungannya dengan kalimah yang lain.

7. Qofiyatun (Qofiyah)

Fan( ilmu) ini menata bagaimana akhir satar awal harus serupa dengan akhir satar tsani dalam suatu bait. Satar merupakan bagian separuh bagian dari suatu nadhm. Misalnya kita memiliki sesuatu Nadhm  Alhamdulillahil ladzi qod waffaqo# Lil‘ ilmi khoiro kholqihi wa lit tuqo Dari bait di atas, satu satar adalah dari Alamdulillah hingga waffaqo. Yang aku contohkan merupakan Bahar Rojaz dimana satar awalwajib serupa rimanya dengan satar Tsani. Tetapi, di bahar yang lain determinasi itu berlainan.

8. Syi’run (Syi’ir)

Ilmu ini mangulas mengenai bagaiman metode membuat sesuatu Syi’ iran pastinya dalam bahasa arab.

9. Isytiqoqun (Isytiqoq)

Pencetakan sesuatu lafadh dari lafadh yang lain merupakan objek kajian ilmu ini. Bila kita mau mengetahui, sesungguhnya lafadh Allah- pun dicetak dari lafadh Ilahun setelah melalui perubahan- perubahan. Begitu pula dengan lafadh- lafadh yang lain.

10. Insyaau  (Insya)

Ilmu ini mangulas bagaimana membuat sesuatu kalimat ( perkataan) yang benar dalam bahasa arab. Umumnya latihan ilmu ini dengan menata kalam dari rangkaian kalimah yang acak.

11. Munadhoroh (Munadhoroh)

Kadangkala kala kita butuh ber- Munadhoroh( alasan/argumen) dengan opini orang lain. Nah, biar alasan yang dikatakan cocok dengan ketentuan, dibuatlah ilmu ini.

12. Lughot (Lughot)

Ilmu ini mangulas mengenai mufrodat( kosa kata) dalam bahasa Arab. Misalnya vocabulary dalam bahasa Inggris.

MUFRODAT

C. Pentingnya Mempelajari Ilmu Alat (Nahwu dan Shorof)

Salah satu ketentuan buat dapat menguasai teks- teks mengenai agama, bagus itu yang berasal dari Al- Qur’ an, Perkataan nabi, ataupun turats Islam karua para Ulama terdahulu merupakan wajib bisa serta memahami bahasa Arab serta ilmu aturan bahasa Arab, sebab teks- teks itu seluruhnya memakai bahasa Arab.

Dalam ushul fikih, salah satu ketentuan seorang untuk dapat melaksanakan ijtihad yaitu memahami bahasa Arab. Sedemikian itu pula dalam ilmu Al- Qur’ an ataupun ilmu tafsir, salah satu ketentuan seorang untuk jadi seseorang mufassir ataupun kala mau menafsirkan ataupun memaknai ayat- ayat yang terdapat di dalam Al- Qur’ an, pula wajib sanggup serta memahami bahasa Arab.

Bisa serta sanggup memahami bahasa Arab dalam perihal ini bukan cuma sanggup berdialog mudah dengan bahasa Arab, akan tetapi memahami 2 pondasi dasar dalam ilmu aturan bahasa Arab ialah ilmu nahwu serta sharaf.

Nahwu serta sharaf merupakan bagian terutama dalam al- Ulum al- Arabiyah (ilmu aturan bahasa Arab), sebab dari kedua ilmu inilah kita dapat melindungi dari suatu kekeliruan dalam artikulasi ataupun penyusunan bahasa Arab.

Ilmu aturan bahasa Arab sendiri memiliki banyak cabang disiplin kajian, begitu juga dipaparkan dalam buku Kawakib ad- Durriyah sebenarnya terdapat 12 ilmu yang masuk dalam al- Ulum al- Arabiyah, ialah Ilmu Tashrif (Sharaf), Nahwu, Ma’ ani, Bayan, Badi’, Arudh, Qawaafi, Qawanin Kitabah, Qawanin Qira’ at, Insya’ ul Risalah Wal Khitab, serta Muhadhorah. Akan tetapi pondasi penting terdapat dalam ilmu nahwu serta sharaf.

Ilmu nahwu sendiri ialah ilmu yang mangulas mengenai ketentuan ataupun harokah akhir dalam suatu perkataan( rafa’, jer, nashab, jazm). Bila salah dalam berikan harokah di akhir perkataan ataupun tengah perkataan, akan berakibat pada pergantian arti.

Tidak hanya itu, ilmu ini pula mangulas bentuk perkataan apakah itu jadi mubtada’, khobar serta lain serupanya. Dimana tiap bentuk perkataan memiliki arti yang beda- beda.

Sebaliknya ilmu sharaf merupakan ilmu yang mangulas mengenai pergantian bentuk kata ataupun kalimat bahasa Arab, bersama ikhwalnya. Mulai dari huruf asli, tambahan, serta yang lain. Tiap- tiap bentuk mempunyai arti serta maksud alih bahasa yang berlainan. Kekeliruan dalam mentashrif kalimat yang tidak cocok dengan ketentuan yang didetetapkan dalam sharaf, pula akan mengganti arti.

Oleh sebab seperti itu, kedua ilmu ini merupakan alat yang amat berarti untuk menguasai teks- teks berbicara Arab, bagus itu Al- Qur’ an, Perkataan nabi, ataupun turats Islam supaya tidak terjalin kekeliruan arti dalam menguasai teks- teks agama yang hendak diajarkan pada umat.

Oleh karena itu, ilmu nahwu serta sharaf diibaratkan ayah serta ibunya ilmu. An- Nahwu Abu Al- Ilmi wa As- Shorf Ummuhu ataupun pernyataan lain Ash- Shorfu Ummu Al- Ulum Wa An- Nahwu Abuha( ilmu nahwu merupakan ayahnya seluruh ilmu, sebaliknya ilmu sharaf merupakan ibunya).

Menguasai teks- teks yang berbicara Arab tidak dapat asal- asalan, terlebih bila perkataan itu berawal dari Al- Qur’ an ataupun Perkataan nabi. Di sinilah berartinya berlatih ilmu nahwu serta sharaf, supaya tidak asal asalan ketika berikan arti teks berbicara Arab.

Imam al- Mujahid sempat berkata,“ Tidak halal untuk orang yang beriman pada Allah SWT serta hari akhir berdialog mengenai Kitabullah( Al- Qur’ an), sedangkan tidak mengetahuii  ilmu bahasa Arab ( nahwu serta sharaf)”.

Imam Imrithi dalam Nadzam Jurumiyahnya berkata dalam salah satu baitnya;

والنحو أولى أولا أن يعلما # إذ الكلام دونه لن يفهما

“Nahwu adalah ilmu yang paling utama dipelajari dahulu, karena kalam arab tanpa ilmu nahwu tidak bisa difahami.”

Mengutip apa yang terdapat dalam buku Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali juga sempat berkata mengenai berartinya berlatih bahasa Arab serta nahwu- sharaf,“ Sebetulnya bahasa Arab serta nahwu merupakan sesuatu alat buat mengenali arti dari Al- Qur’an, serta Sunnah Rasul Muhammad SAW. Keduanya tidaklah ilmu- ilmu syar’ i, tetapi harus ketetapannya memahami kedua ilmu itu. Sebab syari’ ah ini datang dengan bahasa Arab, serta tiap syari’ah tidak jelas melainkan dengan sesuatu bahasa.”

Pasti saja ketika berdialog mengenai ilmu nahwu tidak bisa lepas dari ilmu sharaf, sebab kedua ilmu ini ialah satu kesatuan yang sedemikian itu amat berarti selaku alat buat menguasai perkataan berbicara Arab, terlebih Al- Qur’ an serta Perkataan nabi.

Oleh sebab itu janganlah coba- coba buat memaknakan teks- teks berbicara Arab, terlebih yang berasal dari Al- Qur’ an yang memiliki nilai kesusastraan yang sedemikian tinggi, tanpa memiliki keahlian ilmu nahwu serta sharaf, serta pula keahlian dalam memakai kaidah bahasa Arab yang benar sesuai ketentuan.

Maka dari itu, ayo kita perdalami lebih mendalam dalam berlatih ilmu nahwu serta sharaf selaku bekal buat melindungi pemahaman yang betul terhadap teks- teks agama, yang berasal bagus itu dari Al- Qur’ an, Perkataan nabi, ataupun turats Islam serta yang lain.

D.    Ilmu Alat Kitab Kuning

Kitab kuning merupakan sebutan yang amat khas pesantren di Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor. 18 tahun 2019 mengenai Pesantren sudah didefinisikan kalau kitab kuning merupakan kitab keislaman berbahasa Arab ataupun buku keislaman berbahasa yang lain yang jadi referensi adat- istiadat keilmuan Islam di pesantren.

Selaku sistem pengetahuan di pesantren, keberadaan kitab kuning telah ada semenjak abad 1- 2 Hijriyah yang setelah itu berkembang sampai saat ini. Adat- istiadat literasi keislaman ini sanggup senantiasa bertahan karena ia mempunyai khazanah keilmuan yang amat luas.

Selama ini kitab kuning berhubungan akrab dengan pendidikan pesantren sebab pesantren ialah pembelajaran keislaman yang di sana wajib terdapat rujukan serta referensi yang berkuasa, ialah Al- Qur’ an serta Perkataan nabi. Pangkal otoritatif ini setelah itu dielaborasi lagi dengan cara lebih dalam, besar, serta khusus, alhasil menciptakan karya yang disebut kitab kuning. Dengan kata lain, kitab kuning pula dapat dikatakan hasil karya dari ijtihad para ulama dalam bermacam berbagai aspek keilmuan.

kitab kuning mempunyai banyak aspek keilmuan yang beragam, semacam pengertian, perkataan nabi, fikih, sejarah, serta lain serupanya. Dalam aspek fikih saja amat besar macamnya, misalnya terdapat fikih umum, fikih ibadah, fikih pernikahan, fikih perdagangan( mu’ amalah), fikih analogi madzhab, fikih kontemporer, fikih lingkungan hidup, fikih wanita, fikih politik, serta lain- lain. Tidak hanya itu, terdapat pula berbagai kitab kuning yang memakai bentuk syarakh( uraian) selaku metode penulisannya.

Berikutnya, untuk menguasai bermacam aspek ilmu- ilmu lainnya, pasti membutuhkan‘ alat’, hingga pesantren mengajarkan kitab kuning yang bermuatan nahu serta sintaksis bahasa Arab yang disebut ilmu Nahwu serta Sharaf. Itu saja belum cukup, hingga wajib ditopang dengan ilmu kesusastraan Arab ( balaghah) serta akal sehat atau logika ( mantiq). Ilmu logika di sini penting untuk menguasai bagaimana suatu perkataan itu mempunyai arti, kemudian gimana metode mengambil kesimpulan dari sesuatu permasalahan.

Begitu juga disebut dalam UU Pesatren, kitab kuning pada umumnya memanglah berbicara Arab. Ada pula kitab kuning tidak hanya bahasa Arab, misalnya, di pesantren diketahui dengan“ pegon”, ialah catatan Arab yang isinya memiliki bahasa Jawa, Sunda, Melayu, serta bahasa lokal yang lain.

E.    Ilmu Alat Nahwu Dan Shorof

Ilmu Nahwu merupakan memusatkan pokok kalam arab dalam perihal perubahannya, baik dari bidang i’ rab serta selainnya, semacam tasniyah, jama’, bentuk kalimat tahqir, taksir, idhafah, nasab, tarkib, serta lain serupanya, supaya orang yang bukan pakar dalam bahasa Arab dapat jadi pakar serta lancar, alhasil orang itu dapat berdialog dengan bahasa Arab walaupun bukan orang arab, walaupun sebagian dari mereka merasa kesusahan dengan bahasa Arab, dengan ilmu nahwu mereka dapat kembali pada bahasa Arab.

Ilmu Shorof merupakan ilmu yang memetakan“ pergantian atau perubahan” bentuk dari suatu kata dasar ( mufrod) ke wujud plural( jama’). Bentuk kata berganti, berganti pula maknanya. Pergantian bentuk kata berimplikasi besar pada pergantian arti suatu perkataan. Pergantian yang dimaksud tidaklah pergantian yang asal- asalan. Dilakukan tanpa ketentuan serta menyimpang dari standar yang berlaku.

Shorof itu ilmu dasar pula kompleks. Disebut begitu sebab di dalamnya terdapat“ wazan”( timbangan) yang jadi formula dasar yang memastikan perpindahan atau pergantian bentuk kata. Andaikan siasat logika dalam bentuk“ modus fonen”( Bila P maka Q. Maka tak mungkin bila P maka R, S ataupun Z). Sepintar- pintarnya seseorang santri terlarang baginya untuk berimprovisasi membuat pergantian bentuk kata yang menyimpang dari“ wazannya”. Sebadung- badungnya seseorang santri, di hadapan ilmu shorof, ia akan berganti jadi santri yang sholeh, adab serta patuh aturan.

Mufrodat NAHWU Shorof